Hasyim Muzadi dan Gus Solah harusnya bercermin ke Gus Mus

Ditulis oleh: Jokowi KIH
Jokowi KIH - Hasyim Muzadi dan Gus Solah harusnya bercermin ke Gus Mus
Mulai dulu saya tidak pernah mendengar kekaduhan dalam pemilihan pemimpin di NU, bahkan yang saya tahu malah banyak yang menolak untuk dijadikan pimpinan NU, apalagi kalau hanya pimpinan cabang. bagaimana tidak diminati wong pekerjaan dan tanggung jawabnya besar namun tidak ada bayarannya. semua hanya bermodalkan ikhlash lillahi ta'ala.
Namun muktamar kali ini, yaitu Muktamar NU ke 33 sangat sangat gempar dan sangat memalukan. NU tercoreng dengan keadaan ini.

Hasyim Muzadi sang mantan ketua PBNU yang sinarnya semakin turun semenjak mencalonkan diri sebagai Wapres mendampingi ibu megawati tempo dulu, dan terus turun dan redup sinarnya saat mendukung Jokowi, dan sekarang dia rupanya sudah dimabuk kekuasaan dan ingin menunggangi NU, dan bisa saja hal ini ada dorongan dari pihak Jokowi untuk melanggengkan kedudukannya sebagai presiden yang kemarin dipilih oleh KPU (Bukan Oleh Rakyat).

Menurut saya Hasyim Muzadi itu haruslah bercermin, eleng, ingat umur, ingat tuhan, jangan hanya memikirkan kekuasaan, apalagi sampai akan merusak NU dan akan memecah belah NU.
Dalam Muktamar NU itu beda dengan pemilihan DPR atau Presiden, jika anda tidak terima dengan apa yang sudah disepakati oleh Para Muktamarin berarti anda tidak menghormati para kyai, khususnya Kyai sepuh, lalu apakah begitu akhlak seorang Kyai, bahkan untuk mengatakan Akhlak seorang muslim saja hal itu sangatlah tidak cocok dan sangat tidak sesuai.

Seharusnya anda bisa mengambil hikmah dari sikap Gus Mus, beliau menolak diangkat sebagai rais am, eh kok anda dan gus solah malah ngotot dapat jatah kedudukan?!!!
Malu dikit kenapa?

Cerita Gus Mus menangis di muktamar dan tolak jabatan tertinggi NU

Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang, Jawa Timur, bisa dibilang merupakan Muktamar NU terpanas sepanjang sejarah organisasi yang didirikan oleh KH Hasyim As'yari. Sejak sebelum dibuka hingga pelaksanaan, hawa panas sudah menyelimuti Muktamar.

Hal itu salah satunya dipicu oleh mekanisme Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) dalam pemilihan Rais Aam. Belum lagi soal proses registrasi muktamirin sudah dibuat kesal oleh panitia penyelenggara, isu penculikan para peserta muktamar dan isu interpensi parpol, semakin membuat panas muktamar.

Sidang pleno yang dilansungkan dengan agenda membahas tata tertib (Tatib) Muktamar pun berlangsung alot sampai-sampai harus di-skors beberapa kali. Saat itu, hujan interupsi dari para peserta rapat mewarnai sidang yang membahas Pasal 19 BAB VII tentang Pemilihan Rais Aam dan Ketua Umum.

Dalam rancangan tata tertib itu disebutkan, pemilihan rois aam dilakukan secara musyawarah mufakat melalui sistem Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa). Ketegangan dalam Sidang Pleno tersebut akhirnya mereda setelah Kiai Maimun Zubair atau Mbah Mun dan Kiai Mustofa Bisri atau Gus Mus turun langsung mendampingi sidang yang digelar di Alun-Alun Jombang, Jawa Timur, Senin (03/08).

Gus Mus, selaku Rais Aam sementara PBNU yang menggantikan Kiai Sahal Mahfud karena meninggal beberapa waktu lalu, berbicara kurang lebih selama 30 menit di depan ribuan peserta sidang. Sambil meneteskan air mata, Gus Mus mengaku prihatin dengan kekisruhan yang terjadi.

"Saya malu sama Allah, saya malu sama Mbah Hasyim, sama Mbah Wahab, sama Mbah Bisri. Saya ini kecelakaan karena harus menggantikan Kiai Sahal, sehingga saya terpaksa menerima jabatan ini. Kenapa Kiai Sahal harus meninggal lebih dulu," kata Gus Mus.

Tak cuma itu, Gus Mus bahkan rela jika harus mencium kaki para muktamirin agar tak lagi saling debat.

"Saya malu, kalau perlu saya akan ciumi kaki-kaki anda agar menunjukkan sikap tawadluk anda seperti diajarkan Kiai Hasyim," katanya menambahkan.

Mendengar perkataan Gus Mus, para muktamirin saat itu hanya diam mendengarkan. Bahkan beberapa peserta sidang nampak menangis.

"Dengarkan pimpinan Anda, saya sebagai rois aam. Kalau tidak Anda dengarkan, buat apa saya menjabat, lepaskan saja saya, saya akan pulang menjadi warga NU biasa," kata Gus Mus.

Gus Mus juga meminta maaf kepada Muktamirin yang hadir dari jauh, terutama kepada para kiai-kiai sepuh atas kekisruhan yang terjadi.

"Dengan kerendahan hati saya meminta maaf, ini tanggung jawab saya, tolong maafkan saya, maafkan mereka (panitia), kesalahan itu kesalahan saya. Mudah-mudahan Anda bersedia memaafkan saya, Anda bersedia memaafkan saya?" kata Gus Mus.

Usai tausiyah Gus Mus, ketegangan di arena muktamar pun mulai mereda. Para muktamirin tak lagi gaduh dalam sidang pleno. Mereka mengajukan pendapat dan pandangan secara tertib.

Kemudian, dalam Sidang Pleno di Alun-Alun Jombang, Jawa Timur, sembilan kiai yang masuk dalam Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) memutuskan memilih Gus Mus sebagai Rais Aam Syuriah PBNU periode 2015-2020, sebuah jabatan tertinggi di NU. Sementara untuk posisi wakil Rais Aam dipilih KH Ma'ruf Amin.

Jika kebanyakan manusia berlomba-lomba memperebutkan jabatan dan posisi, hal itu tak terjadi pada Gus Mus. Kiai yang juga dikenal sebagai seorang penyair ini justru menolak jabatan tersebut.

Saat itu, Gus Mus tak hadir di lokasi. Namun dia mengirimkan surat tidak bersedia maju sebagai Rais Aam. Surat pengunduran diri Gus Mus ditulis menggunakan huruf arab pegon, huruf Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa dan Bahasa Sunda.

Karena Gus Mus menolak, jabatan Rais Aam akhirnya diisi oleh Kiai Ma'ruf Amin. Sementara, untuk posisi ketua umum PBNU, KH Said Aqil Siroj kembali terpilih. Said Aqil berhasil memperoleh suara terbesar dalam penjaringan bakal calon ketua PBNU dengan 287 suara, disusul Asad Ali 107 suara, KH Salahudin Wahid ( Gus Solah) dengan 10 suara, KH Hilmi Muhammadiyah dengan 3 suara, KH Alam dengan 1 suara, KH Adnan dengan 1 suara, KH Idrus Romli dengan 1 suara, Gus Mus 1 suara, dan abstain 2 suara.

Dengan hasil tersebut, seharusnya Saiq Aqil dan Asad Ali berhak diajukan kepada Rais Aam terpilih untuk ditetapkan sebagai calon ketua umum PBNU. Namun karena Asad Ali memilih mundur, maka Said Aqil otomatis menang secara aklamasi dan ditetapkan sebagai ketua umum.

Muktamar ke-33 NU, akhirnya selesai dilaksanakan Kamis (6/8) dini hari. Muktamar menghasilkan KH Said Aqil Siroj sebagai ketua umum PBNU periode 2015-2020 dan KH Ma'ruf Amin sebagai Rais Aam PBNU.

Namun, perseteruan di internal NU tak berarti langsung selesai. Gus Solah dan KH Hasyim Muzadi yang sejak awal kritis terhadap pelaksanaan Muktamar tak mengakui hasil Muktamar NU ke-33 ini.

Sementara yang lain tak puas dengan hasil Muktamar, Gus Mus telah menunjukkan bahwa jabatan bukanlah segalanya. Kiai yang juga dikenal sebagai penyair dan penulis kolom yang sangat dikenal di kalangan sastrawan ini justru menolak posisi Rais Aam, posisi tertinggi di NU.
http://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-gus-mus-menangis-di-muktamar-dan-tolak-jabatan-tertinggi-nu-splitnews-3.html

Semoga dengan artikel ini anda dan pendukung anda, dan siapapun dibelakang anda bisa sedikit malu, amin.

0 komentar "Hasyim Muzadi dan Gus Solah harusnya bercermin ke Gus Mus", Baca atau Masukkan Komentar

Posting Komentar